Matius 9:9-13

“Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?”

(Matius 9:11)

Stigma adalah penilaian negatif yang disematkan pada seseorang. Misalnya, orang yang memiliki tato di badannya sudah pasti jahat. Atau, mereka yang tidak naik kelas sudah pasti bodoh. Penilaian negatif seperti ini sering kali membuat seseorang dipandang sebelah mata.

Salah satu contoh stigma yang tercatat dalam Alkitab adalah pandangan terhadap pemungut cukai. Pemungut cukai adalah mereka yang bertugas memungut pajak. Mengapa mereka dipandang hina oleh masyarakat Yahudi saat itu? Sebab, kebanyakan pemungut cukai menipu rakyat dengan memungut pajak lebih besar daripada yang seharusnya untuk memperkaya diri mereka sendiri. Akibatnya, semua pemungut cukai dibenci oleh masyarakat karena dianggap sebagai penipu dan pemeras. Teks Alkitab hari ini bercerita tentang Matius, seorang pemungut cukai yang dipanggil Yesus untuk menjadi murid-Nya. Tentu saja hal itu menjadi isu yang cukup panas. Yesus, seorang guru yang dihormati, memilih seorang pemungut cukai untuk menjadi pengikut-Nya. Apalagi, Yesus kemudian duduk makan bersama dengan para pemungut cukai lainnya.

Teens, tak bisa dimungkiri kita sering kali memberikan stigma pada orang atau kelompok tertentu. Lalu kita memandang mereka dengan penuh kecurigaan. Saat melihat seseorang berjenggot dan mengenakan celana cingkrang kita langsung melabeli mereka sebagai teroris. Atau, saat melihat seseorang dengan rambut gondrong dan badan penuh tato kita langsung menganggap mereka sebagai preman dan penjahat. Tindakan seperti inilah yang sering kali membuat jurang perbedaan makin lebar. Pada akhirnya kehidupan diisi dengan kecurigaan dan kebencian. Marilah kita belajar untuk menghilangkan stigma. Jangan buru-buru menilai orang sebatas apa yang tampak. Sebab, belum tentu yang kelihatannya buruk terbukti buruk. Pandanglah semua orang tanpa prasangka. Perlakukan semua orang sebagaimana yang sepatutnya.