Karena itu aku suka mengorbankan milikku, bahkan mengorbankan diriku untuk kamu. Jadi jika aku sangat mengasihi kamu, masakan aku semakin kurang dikasihi?

(2Kor. 12:15)

Oma Yanti dikenal sangat murah hati. Sejak muda, kemurahan hati ini sudah teruji. Ketika anak kedua mereka meninggal di usia batita, mereka menerima banyak dana kasih dari para kerabat. Namun, seluruh dana itu mereka berikan dan gunakan untuk menolong banyak orang susah di sekitar mereka. Kerelaan memberi ini terus terbukti hingga usia lanjutnya. Meski tidak kaya raya, Oma Yanti kaya dalam kemurahan hati. Ia tidak segan-segan mengorbankan miliknya untuk memajukan dan memulihkan kehidupan orang lain.

Sejak awal, Paulus telah melakukan pelayanannya secara mandiri. Ia tidak bergantung kepada orang lain. Ia tidak mengandalkan dukungan dana dari siapa pun. Untuk bertahan hidup dan mendukung penginjilannya, Paulus tetap bekerja membuat tenda. Dengan usaha itu, Paulus mendapat uang untuk memenuhi kebutuhannya. Juga, ia tidak segan-segan berbagi penghasilan itu kepada orang lain. Bukan hanya itu, seluruh tenaga dan waktunya pun ia curahkan untuk melayani orang banyak. Lalu, bagaimana dengan kita? Seberapa besarkah kemurahan hati kita? Seberapa berani kita berkorban bagi orang lain? Ketika banyak orang saling mengorbankan, marilah kita rela berkorban demi sesama kita.

DOA:
Tuhan, tolonglah kami untuk lebih bermurah hati kepada sesama kami, sehingga kami juga rela mengorbankan milik kami untuk menyokong kehidupan orang yang berkesusahan. Amin.