LIDAH TAK BERTULANG
Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah ….
(Yak. 3:9)
“Baru jualan sayur saja belagu. Kamu bisa saya beli!” teriak seorang ibu yang marah kepada pedagang sayur di pasar. Padahal ibu tersebut adalah seorang yang terkenal saleh. Beruntung tukang sayur itu cukup sabar, tidak menanggapi umpatan ibu tersebut. “Memang lidah tak bertulang,” kata sebuah lagu. Sesaat kita memuji Tuhan, sesaat lain kita mengutuk sesama kita. Apakah artinya kita tidak boleh marah? Tentu saja kita boleh marah. Namun, bukan berarti kita boleh memaki-maki sesuka hati. Ucapan kita yang sembarangan dapat menyakiti hati sesama.
Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk mulia. Ia tidak menghendaki manusia saling merendahkan sesamanya. Menghina dan merendahkan orang lain sama artinya dengan tidak menghormati Tuhan yang menciptakannya. Kita harus memikirkan apakah kata-kata yang kita keluarkan itu benar, baik, dan berguna bagi sesama. Kata-kata yang baik adalah yang memberi semangat bagi yang mendengar. Sebagai lansia, kadang kita kurang sabar dan kata-kata yang kurang baik meluncur dari mulut kita. Bagaimana pun perasaan hati kita, mari kita menenangkan hati dan berdoa, sehingga ucapan mulut kita dapat menjadi berkat bagi siapa pun yang mendengarkannya.
DOA :
Tuhan, ajar kami agar mampu mengendalikan lidah kami, sehingga kata-kata kami menjadi berkat bagi sesama kami. Amin.
Pengganti ongkos cetak dan biaya pengiriman:
Rp. 70.000,-/tahun
Rp. 8.000,-/eksemplar
Pembayaran melalui:
Bank Mandiri - Jakarta, Kelapa Dua
A/C No. 165 0000 558743
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Marketing
BCA Bidakara
A/C No. 450 558 9999
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Persembahan Kasih melalui:
BCA Bidakara
A/C No. 450 305 2990
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama