Lukas 10:25-37

“Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan  penyamun itu?”
(Luk. 10:36) 

Orang Samaria adalah kelompok orang Yahudi yang dianggap tidak murni sehingga mengalami diskriminasi. Mari kita renungkan. Jika kita ditanya, “Siapakah sosok yang dapat dianggap sebagai orang Samaria di Indonesia? Apa jawab kita? Di tengah kehidupan bangsa Indonesia yang majemuk masih saja terjadi pembedaan dan diskriminasi. Hal itu tampak misalnya melalui penggunaan istilah “pribumi-asing” dan “mayoritas-minoritas”. Berdasarkan refleksi kita atas pertanyaan di atas, mungkin saja kita sampai pada kesimpulan bahwa kitalah (orang-orang Kristen) yang merupakan  sosok orang Samaria di Indonesia.

Setelah kita dapat mengidentifikasi sosok tersebut maka yang menjadi tantangan adalah bagaimana kita  memperlakukan orang yang berbeda dari kita? Di dalam perumpamaan itu, ada dua poin besar yang bisa diangkat. Pertama, perhatian yang total kepada orang yang dilayani. Orang Samaria itu memberikan obat-obatan serta  tumpangan kepada orang asing yang terluka secara utuh (ay. 34). Kedua, orang Samaria itu juga memberikan perhatian bahkan setelah pengobatan pertama tersebut dilakukan, yaitu dalam bentuk janji kepada pemilik penginapan untuk membayar kekurangan dana (ay. 35).

Youth, memang sangat mudah untuk memberikan perhatian lebih kepada orang-orang yang dekat dengan kita, misalnya orangtua, pasangan hidup, dan teman dekat. Namun, perumpamaan ini mengingatkan kita bahwa pelayanan yang sesungguhnya terjadi ketika kita mau memberikan perhatian kepada orang lain atau orang asing; orangorang
yang mungkin memandang kita rendah.

1. Apakah menurut Anda pemilik penginapan juga memberikan pelayanan? Mengapa?
2. Hal apa yang menjadi kendala dalam mengaplikasikan pelayanan seperti itu?

Pokok Doa : Keterbukaan hati untuk melayani tanpa pandang bulu.