Yohanes 13:1-17

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya.”
(Yoh. 13:16) 

Di Indonesia, kita mengenal pepatah “buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.” Ungkapan ini hendak mengatakan bahwa karakter anak tidak jauh berbeda dari orangtuanya. Lantas, apakah hal itu berlaku juga pada kita, orang-orang yang menyandang status anak-anak Allah? Sudahkah kita menjadi gambar-gambar Allah di dunia?

Saat ini, marilah kita berefleksi dari kisah Yesus yang membasuh kaki muridmurid-Nya. Kisah pembasuhan kaki adalah salah satu kisah yang mengajarkan keteladanan Kristus kepada murid-murid-Nya. “Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu” (ay. 14). Pernyataan Kristus tersebut sebenarnya tidak hanya disampaikan kepada murid-murid-Nya pada saat itu, tetapi juga kepada kita semua yang membaca kisah ini. Bila kita melanjutkan membaca, kita akan menemukan bahwa Kristus juga membasuh kaki Yudas yang akan mengkhianati-Nya. Inilah tantangan kita sebagai orang Kristen, yakni maukah kita terus melayani mereka yang bahkan memiliki pikiran yang jahat kepada kita?

Youth, apakah sebagai anak-anak Allah, kita sudah melaksanakan teladan kasih Allah di dunia? Sebagai pengikut Kristus dan anak-anak Allah sudah seharusnya kita hidup seturut kehendak dan teladan Kristus. Memang, hidup menurut kehendak Tuhan tidak mudah. Karena itu, kita berdoa dan meminta kekuatan dari Tuhan agar kita mampu menjadi murid-murid-Nya yang setia.

1. Mengapa Yesus ”memaksa” Petrus untuk menerima basuhan kaki (ay. 8)?
2. Sebagai utusan Tuhan, karakter seperti apa yang harus kita tampilkan?

Pokok Doa : Menjadi utusan Tuhan yang setia mewartakan kabar baik.