Efesus 4:1-16

Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu.

(Efesus 4:2)

“When we give cheerfully and accept gratefully, everyone is blessed.” Kalimat yang menyejukkan ini diucapkan oleh Maya Angelou, seorang penulis puisi, skenario, orator, dan aktris Afrika-Amerika. Artinya ketika kita memberi dengan penuh sukacita dan menerima dengan penuh syukur, semua orang akan merasa diberkati. Klop. Pas. Cocok. Sebaliknya, segala sesuatu yang dilakukan dengan keterpaksaan pasti tidak mendatangkan berkat; tidak terkecuali dengan perbuatan baik yang kita lakukan kepada orang lain. Bantuan yang diberikan sambil mengomel atau menerima bantuan sambil komplain pasti tidak akan menghadirkan sukacita, baik bagi yang membantu maupun yang dibantu.

Itulah mengapa, dengan penuh kasih, Paulus mengajak jemaat di kota Efesus untuk mewujudnyatakan kasih dengan cara saling membantu. Hidup bertolong-tolongan dan saling membantu memang menjadi model banyak Jemaat Perdana. Menghadapi berbagai tekanan dan ancaman, misalnya dari Kekaisaran Romawi yang melarang menyembah Yesus, justru membuat jemaat-jemaat makin erat bersatu. Perintah untuk hidup saling merawat dan mengasihi sangat jelas disampaikan (ay. 3). Hanya dengan hidup saling membantu kesatuan sebagai tubuh Kristus akan terus terpelihara, bahkan bertumbuh ke arah kedewasaan iman (ay. 16). Hukum kasih harus terus diwujudnyatakan dalam tindakan saling membantu, tentu saja dengan hati terbuka yang gembira dan penuh kasih (ay. 15).

Teens, pandemi Covid-19 yang terjadi di seluruh dunia kembali mengingatkan kita untuk kembali pada panggilan awal manusia: Hidup saling mengasihi. Tentu saja tidak mudah untuk berbagi dan memberi ketika kita sendiri juga mengalami krisis akibat pandemi. Namun, di sinilah iman percaya kita justru diuji. Sebagai murid Kristus, sudahkah kita hidup melakukan hukum kasih serta dengan penuh sukacita membantu sesama kita yang kesulitan?