Kisah Para Rasul 2:41-47

Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.

(Kisah Para Rasul 2:47)

Sewaktu kelas katekisasi membahas tentang ibadah dan liturgi GKI, seorang peserta katekisasi bertanya, “Pak Pendeta, pada saat ibadah rohani Kristen (RohKris) di sekolah, pembicaranya bilang bahwa ibadah di GKI itu tidak ada penyembahannya. Benarkah demikian?” Penyembahan atau worship kerap kali dimaknai secara sempit sebatas sikap tubuh yang menggebu-gebu, bahkan harus sampai menangis dan menunjukkan berbagai ekspresi emosional lainnya ketika menyanyikan nyanyian gerejawi. Padahal, penyembahan merupakan respons manusia atas karya Allah dan pribadi-Nya yang ditunjukkan melalui penghormatan dan pemujaan kepada-Nya setiap saat. Artinya di sepanjang ibadah maupun dalam seluruh hidup manusia, ketika Allah dihormati, penyembahan sedang berlangsung.

Kisah kehidupan dari Jemaat Mula-Mula adalah contoh nyata dari penyembah sejati. Setelah Pentakosta (tercurahnya kuasa Roh Kudus), ribuan orang menjadi percaya dan memberi diri mereka dibaptis (ay. 41). Dengan tekun, mereka terus belajar dari para rasul, berkumpul, dan berdoa bersama (ay. 42). Hidup mereka sehari-hari begitu diluapi dengan cinta. Hal itu sangat tampak dalam cara hidup rajin beribadah dan saling berbagi berkat (ay. 45). Ibadah ritus diwujudnyatakan dalam tindakan nyata. Itulah penyembahan yang sejati. Mereka senang berbagi. Hatinya gembira. Mereka juga rendah hati (ay. 46). Setiap hari mereka bertumbuh menjadi penyembah Tuhan yang kompak dan sehati. Puncaknya adalah ketika semua gaya hidup menyembah itu terus dilakukan, kesaksian mereka memberkati orang lain. Setiap hari jumlahnya terus bertambah. Gaya hidup menyembah itulah yang membuat mereka disukai oleh semua orang.

Penyembah sejati (true worshipper) adalah setiap orang yang memuliakan Allah, baik di dalam ibadah formal maupun di dalam hidup sehari-hari. Teens, dalam rutinitas yang kamu jalani, sudahkah Tuhan Yesus dihormati dan disembah?