Yesaya 64:6-8

… ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami! Kamilah tanah liat dan Engkaulah yang membentuk kami ….

(Yesaya 64:8)

Bagaikan bejana siap dibentuk, demikian hidupku di tangan-Mu. Demikian penggalan lirik sebuah lagu rohani populer. Lirik yang indah. Namun, ada sebuah salah kaprah: “bejana” adalah benda yang sudah jadi dengan bentuk tertentu. Dengan kata lain, bejana sudah tidak bisa lagi dibentuk. Tahukah kamu istilah apa yang seharusnya digunakan? Ya, istilah yang tepat adalah “tanah liat”. Jadi, seharusnya lirik lagu itu: Bagai tanah liat siap dibentuk, demikian hidupku di tangan-Mu.

Dalam teks Alkitab hari ini, terdapat kata-kata yang serupa dengan lirik lagu rohani populer di atas. Namun, ketika kita membaca konteksnya dengan cermat, kita mungkin akan terkejut. Ternyata kata-kata tersebut diucapkan umat di tengah-tengah kegagalan mereka di dalam mengikuti jalan Tuhan. Mereka telah memberontak dan berdosa terhadap Tuhan. Kini mereka menerima akibatnya. Tuhan membiarkan bangsa-bangsa lain menindas mereka. Meskipun demikian, umat tetap meyakini bahwa Tuhan adalah Bapa mereka. Mereka berseru kepada Tuhan supaya pengalaman kegagalan tersebut dapat menjadi momen Tuhan membentuk mereka. Kegagalan yang mereka alami telah menjadikan mereka seperti tanah liat yang siap dibentuk. Mereka tidak lagi tegar hati dan siap mengikuti jalan yang ditunjukkan Tuhan.

Teens, kegagalan yang kita alami dapat menjadi momen anugerah yang indah. Dalam iman, kita meyakini bahwa Tuhan adalah Bapa kita yang baik. Pengalaman kegagalan mendorong kita untuk makin mendekatkan diri kepada-Nya, makin berserah diri, dan makin siap untuk dibentuk oleh tangan kasih Tuhan. Kita tidak lagi memaknai kegagalan hanya sebagai pengalaman yang menyakitkan. Kini kita memaknai kegagalan sebagai bagian dari proses tangan Tuhan yang sedang membentuk kita. Karena itu, marilah kita memohon, “Tuhan, jadikanlah kami seperti tanah liat yang siap dibentuk oleh tangan-Mu.”