Matius 9:27-34

… Yesus berkata kepada mereka: “Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?” Mereka menjawab: “Ya Tuhan, kami percaya.”

(Mat. 9:28) 

 

 

Dalam bahasa Inggris ada ungkapan, “Seeing is believing.” Melihat adalah percaya. Artinya, jika kita melihat sesuatu dengan mata kepala kita sendiri, kita akan percaya sesuatu itu ada atau benar. Zaman sekarang memang ditandai dengan pentingnya kebutuhan visual. Orang tidak hanya berkomunikasi dengan kata-kata, tetapi juga dengan gambar-gambar dan fotofoto. Bahkan, ada orang yang berpandangan bahwa sebuah kabar atau berita hanya dapat dipercaya bila disertai dengan foto kejadian.

 

Kisah yang dipaparkan dalam teks Alkitab hari ini terkesan ironis. Yang menyatakan percaya kepada Yesus bukanlah orang yang mampu melihat, melainkan orang buta. Lalu bagaimana respons orang yang mampu melihat? Kisah ini menyebutkan ada dua macam respons. Pertama, respons orang banyak. Mereka heran karena belum pernah melihat mukjizat kesembuhan seperti yang dilakukan Yesus. Kedua, respons orang Farisi. Jangankan percaya kepada Yesus, mereka malah berkata bahwa Yesus mengusir setan dengan kuasa penghulu setan. Orang Farisi adalah orang yang mendalami agama. Namun, dalam kisah ini tampak bahwa mereka tidak mampu melihat kebaikan yang sedang dikerjakan oleh Yesus.

 

Youth, “melihat” bukanlah jaminan untuk “percaya”. Sebaliknya, dengan “percaya” kita akan dimampukan untuk “melihat”. Demikianlah, kepercayaan kita kepada Tuhan seharusnya memampukan kita untuk melihat kebaikan di sekitar kita. Bukan malah membuat kita merasa diri paling benar, lantas dengan cepat menghakimi dan menuduh sesama.

 

1. Apa kaitan antara ”percaya” dan ”melihat”?

2. Apa yang menyulitkan kita untuk melihat kebaikan di sekitar kita?

 

 

Pokok Doa:

Agar percaya kepada Tuhan dan dimampukan melihat kebaikan.