2 Korintus 12:7-10

“Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.”

(2 Korintus 12:9)

Nobody’s perfect. Tidak ada orang yang sempurna. Ungkapan itu dengan cepat melekat dalam hati banyak orang yang mendengarnya. Tahukah kamu bahwa ungkapan itu mulai dipopulerkan lebih dari 50 tahun yang lalu? Sebuah sumber menyebutkan bahwa ungkapan itu pertama kali dipopulerkan oleh sebuah film komedi pada tahun 1959. Ungkapan nobody’s perfect menyentuh kenyataan hidup sehari-hari. Semua orang pernah melakukan kesalahan. Semua orang memiliki kelemahan dan kekurangan. Semua orang pernah mengalami kegagalan di dalam hidupnya. Jadi, kalau kita mengalami semua hal tersebut, kita mesti memahaminya sebagai hal yang normal dan manusiawi. Pesan bijak ungkapan itu adalah agar kita belajar menerima diri kita sendiri dan sesama kita sebagaimana adanya.

Tiga kali Rasul Paulus berseru kepada Tuhan agar ia dilepaskan dari utusan Iblis yang menjadi duri dalam dagingnya. Namun, Tuhan tidak mengabulkan permohonan Rasul Paulus. Sebaliknya, Tuhan berfirman kepadanya bahwa dalam kelemahanlah kuasa Tuhan menjadi sempurna. Firman Tuhan ini memberikan Rasul Paulus sudut pandang yang baru. Kini ia “senang dan rela” di dalam kelemahan. Ia telah mengerti bahwa justru dalam kelemahanlah, ia mengalami kasih karunia dan kuasa Tuhan.

Teens, kegagalan menghadapkan kita pada kelemahan dan keterbatasan kita. Di tengah-tengah dunia yang mengagungkan kekuatan dan kesempurnaan, banyak orang yang kesulitan menerima kelemahan dan keterbatasan mereka. Dalam iman, kita diajak untuk menerima kelemahan dan keterbatasan kita dengan rendah hati. Kita tidak perlu merasa malu dan bersedih. Kelemahan dan keterbatasan tersebut merupakan bagian dari diri kita sebagai manusia yang diciptakan Tuhan. Seperti Rasul Paulus, kita pun dapat tetap bergembira dalam kelemahan dan keterbatasan karena melaluinya kita mengalami kasih karunia dan kuasa Tuhan. Itulah kekuatan yang sejati.