“… manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.”

(1Sam. 16:7)

Ketika sedang bekerja di sawah, Pak Tani mendengar kabar tentang pelaksanaan sebuah pesta. Ia berpikir, jika ia pulang dahulu berganti pakaian, maka ia akan terlambat. Ia tidak ingin terlambat. Di depan pintu, si tuan rumah memandang Pak Tani dengan pandangan mencemooh. Tidak ada seorang pun tamu yang berbicara kepadanya. Tidak ada yang menawarinya makan dan minum. Ia dianggap tak ada. Lalu Pak Tani pulang dan berganti pakaian. Ia mengenakan pakaian terbaiknya. Kali ini ia disambut dengan ramah. Semua tamu menyapanya. Namun, setiap makanan yang dihidangkan kepadanya, ia sodorkan ke jubahnya, sambil berkata, “Makan, jubahku, makanlah.” Melihat kelakuannya yang aneh itu, seseorang bertanya, “Apa yang Anda lakukan?” Pak Tani menjawab, “Tadi aku datang dengan pakaian petaniku dan aku diabaikan. Sekarang aku datang dengan pakaian terbaikku dan semua orang menyambutku dengan ramah. Jadi, pikirku, bukan aku yang disambut di pesta ini, melainkan pakaianku.”

Sobat Lansia, memang tidak gampang untuk menilai orang tidak berdasarkan penampilan luarnya. Namun, marilah kita berusaha mengasihi setiap orang sebagai manusia dan memandang mereka sebagai sesama ciptaan Allah.

DOA:

Ya Tuhan, ajarlah kami mengasihi setiap orang sebagai manusia yang berharga, sama seperti Engkau mengasihi semua orang sebagai ciptaan-Mu yang baik adanya. Amin.