Kejadian 43:16-34

Sesudah itu ia bertanya kepada mereka apakah mereka selamat ….

(Kej. 43:27)

 

 

Membaca kisah Yusuf yang diperlakukan sedemikian jahat oleh saudara-saudaranya, rasanya pantas jika Yusuf membalaskan dendamnya saat ia sudah menjadi orang terpandang. Apalagi, kesempatan itu ada saat saudara-saudaranya membeli gandum ke Mesir akibat kelaparan di Israel. Ya, sepertinya balas dendam menjadi hal yang pantas dinantinantikan banyak orang jika ada kesempatan. Ada rasa puas tersendiri jika dendam terbalaskan.

 

Yusuf tidak melakukan itu. Yusuf memilih untuk memperlakukan saudara-saudaranya dengan sangat baik. Itu terlihat saat Yusuf menjamu mereka. Yusuf begitu terharu dan merindukan mereka, terutama Benyamin. Tentu tidak mudah bagi Yusuf untuk mempertahankan imannya kepada Allah dengan berbagai peristiwa yang ia alami selama itu, ditambah juga pengaruh situasi dan kondisi di Mesir. Bisa saja Yusuf mengeraskan hati dan menyimpan dendam kepada saudara-saudaranya. Iman Yusuf yang kuat menjadi bukti bahwa ajaran yang diberikan Yakub dan Rahel, orangtuanya, tidak sekadar teori belaka. Iman Yusuf terus bertumbuh dan itu tampak dalam pilihan dan tindakannya. Ia mempraktikkan imannya sehingga orang di sekitar merasakan “buahnya”.

 

Youth, sejak kapan kita mengetahui firman Tuhan dan sejauh mana kita mengimani itu? Iman tanpa perbuatan nyata pada hakikatnya adalah mati. Sama seperti tahu teori, tetapi tidak mampu dan tidak mau mempraktikkan. Apa pun kejadian hidup yang menimpa kita, sesakit apa pun itu, Tuhan mengizinkannya terjadi untuk memperkokoh iman kita. Belajarlah dari Yusuf yang mampu mewujudkan imannya dalam setiap perbuatannya.

 

1. Mengapa Yusuf menangis setelah melihat Benyamin?

2. Apakah kita mampu mengampuni yang pernah menyakiti kita sebagai wujud praktik iman kita?

 

 

Pokok Doa: Hati yang mampu mengampuni.