Lukas 6:27-38

“… mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu.”

(Luk. 6:28)

 

 

Apa isi doa kita jika diminta mendoakan musuh atau orang yang tidak disukai? Rasanya segala harapan agar orang tersebut sengsara dan binasa terlintas dalam benak dan doa kita. Walaupun tak tampak pada raut wajah, jika kita mendengar orang itu tertimpa musibah, dalam hati kita akan bersorak. Lalu dengan bangga kita berkata, ”Yes! Tuhan mengabulkan doaku.” Namun, itu hanya harapan kita. Mana mungkin Allah, Sang Mahakasih, mengabulkan doa yang isinya mencelakakan orang lain. Allah tidak pernah mengajarkan kita demikian.

 

Dalam teks Alkitab hari ini, Yesus mengajak kita menjadi pribadi yang berkualitas: memiliki nilai dan sikap yang serupa dengan Allah. Hal itu ditampakkan dalam perlakuan terhadap orang yang membenci atau memusuhi kita. Sebab, jika kita mengasihi dan berlaku baik kepada orang yang berbuat baik kepada kita, maka itu sama saja seperti yang dilakukan kebanyakan orang. Biasa saja. Namun, jika kita mampu mendoakan musuh kita, meminta berkat bagi orang yang mengutuk kita, maka itu baru luar biasa. Itulah kualitas yang Tuhan inginkan ada pada pengikut-Nya. Tidak mudah. Kita bisa berlinang air mata dan bergumul dengan diri sendiri saat memintakan berkat bagi orang yang kita benci. Namun, jika kita berhasil melakukannya, maka rasa damai akan mengalir dalam hati. Pengampunan menghadirkan kedamaian dalam hati kita.

 

Youth, salah satu ajaran dan perintah Yesus yang paling sulit adalah mengasihi musuh. Rasanya tidak mungkin dilakukan. Baru memikirkan nama orang itu saja, kemarahan seperti “membakar” sukma. Namun, tetaplah berusaha. Sebab, saat mengampuni, kita mengalami damai sejahtera Allah.

 

1. Mengapa Yesus meminta kita mengasihi musuh?

2. Sikap seperti apa yang dapat kita tunjukkan sebagai bukti mengasihi orang yang membenci kita?

 

 

Pokok Doa: Dimampukan mengasihi orang yang membenci kita.