Matius 5:46-48

“Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?”

(Matius 5:46)

Dita adalah seorang organis di gereja. Hampir setiap minggu ia melayani dalam kebaktian. Namun makin lama, ia makin tidak merasa damai sejahtera dalam pelayanannya. Mengapa? Sebab, usai melayani, tidak ada seorang pun yang berterima kasih dan memberi pujian. Padahal, Dita berharap permainan organnya mendapat pujian sebab ia merasa sudah banyak “memberi diri” dalam pelayanan di gereja. Dita kesal, marah, bahkan ngambek. Ia tidak mau lagi melayani.

Firman Tuhan hari ini sesungguhnya mendorong kita untuk bertindak “melebihi standar”. Ketika kita hanya mengasihi orang yang mengasihi kita, apa perbedaan kita dengan mereka yang tidak mengenal Allah? Jika kita hanya senang ketika perbuatan kita dihargai, apa perbedaan kita dengan orang lain yang tidak pernah mencintai Allah? Bahkan, penulis Injil Matius mengatakan bahwa hal itu tidak berbeda dengan para pemungut cukai. Kita diminta untuk hidup “jauh melebihi” apa yang dunia lakukan. Mengapa? Sebab, kita adalah anak-anak Bapa yang sudah seharusnya memberi teladan dalam seluruh aspek kehidupan. Hanya mengasihi orang yang mengasihi kita sejatinya adalah pamrih.

Teens, ada banyak hal dalam hidup yang sesungguhnya menguji sikap hati kita. Hari ini kita diminta untuk terus melakukan perbuatan baik: menolong, melayani, memberikan pujian kepada seseorang, mengapresiasi, menasihati, dan lain sebagainya dengan “melebihi standar”. Artinya, tanpa pamrih, tanpa berharap mereka akan membalas perbuatan baik kita. Dengan demikian, kita akan melakukan banyak hal dengan tulus. Selfless menolong kita untuk terus bersemangat melakukan perbuatan baik, tanpa terbebani untuk memikirkan apa yang akan kita dapatkan. Selfless atau tanpa pamrih sesungguhnya menolong kita untuk tidak berfokus pada ego, tetapi berfokus pada keikhlasan dan kerelaan.