Lukas 9:28-36, (37-43a)

“Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia.”

(Luk. 9:35)

Kisah transfigurasi adalah peristiwa ketika Yesus dimuliakan di atas gunung. Saat itu Yesus berjumpa dengan Musa dan Elia. Mengapa Musa dan Elia? Musa digambarkan sebagai pemimpin yang membawa bangsa Israel keluar dari perbudakan bangsa Mesir, sedangkan Yesus membebaskan manusia dari perbudakan dosa. Elia adalah seorang nabi yang raganya diangkat ke surga. Karena itu, ini menjadi prefigurasi kenaikan Yesus ke surga.

Kisah transfigurasi meneguhkan para murid yang ada pada saat itu bahwa Yesus memanglah Mesias. Di satu sisi, “di atas gunung” para murid diliputi sukacita karena Yesus dimuliakan (Luk. 9:33-35). Di sisi lain, para murid juga diteguhkan agar mereka siap saat mereka “turun gunung” berjumpa kembali dengan kenyataan hidup “di bawah gunung” (Luk. 9:37 dst.). Dengan demikian, peristiwa di atas gunung hanyalah suatu peristiwa tanpa arti jika tidak berdampak dalam kehidupan dan perbuatan nyata. Artinya, sukacita yang dirasakan para murid harus dihadirkan dalam kehidupan mereka, dalam perjumpaan mereka dengan banyak orang, dalam pelayanan mereka menghadirkan damai sejahtera bersama Yesus di tengah dunia.

Youth, kisah transfigurasi Yesus di atas gunung meneguhkan kita bahwa Yesus adalah Mesias (Kristus). Keyakinan ini menjadi kekuatan bagi kita pula, sebagaimana murid-murid saat itu, untuk “turun gunung” mempersaksikan-Nya dalam keseharian kita. Artinya, sebagai orang Kristen, kita memiliki tanggung jawab untuk mewartakan Injil Yesus Kristus yang menghadirkan damai sejahtera itu lewat hidup kita sehari-hari.

1. Mengapa Tuhan mengajak para murid ke atas gunung?

2. Apa tantangan yang Anda alami saat mewartakan Injil Yesus Kristus?

Pokok Doa: Komitmen menghadirkan damai sejahtera.