… karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya.

(1Yoh. 4:20)

Setelah sepuluh tahun belajar agama, Zenno percaya bahwa dirinya sudah siap menjadi seorang guru. Lalu, pergilah ia mengunjungi Nan-in, seorang guru terkenal. Ketika Zenno masuk ke dalam rumah, Nan-in bertanya, “Apakah Anda meninggalkan sepatu Anda di luar?” Zenno agak tersinggung dengan pertanyaan itu. Ia menjawab, “Ya, tentu saja. Saya juga tahu sopan santun, Guru.” Guru Nan-in bertanya lagi, “Di mana? Di sebelah kanan atau kiri keset?” “Oh, saya tidak memperhatikannya, Guru,” jawabnya dengan malu. Guru Nan-in berkata, “Menghafalkan butir-butir pengajaran agama itu mudah saja. Namun, untuk menerapkannya di dalam setiap sisi kehidupan, dibutuhkan kesadaran diri yang besar terhadap setiap tindak-tanduk kita, sekecil apa pun.”

Sobat Lansia, banyak orang yang menganggap dirinya beragama dengan baik, dengan cara mengasihi Tuhan. Namun, demi mengasihi Tuhan, mereka lantas mengabaikan sesama manusia, bahkan rela mengorbankan saudaranya demi janji untuk mendapatkan surga. Ini memang adalah tantangan yang besar dalam beragama. Ayat di atas mengingatkan kita, bahwa mengasihi Allah yang tidak kita lihat itu hendaknya terwujud dalam perbuatan baik kepada sesama yang ada di depan mata kita. 

DOA:

Ya Tuhan, berilah kami kebijaksanaan agar kami dapat mengasihi Engkau yang bertakhta dalam Kerajaan Surga, sekaligus juga mengasihi sesama kami yang masih hidup bersama kami di bumi. Amin.