Matius 12:1-8

“Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah.”
(Mat. 12:7)

Pada tahun 1918 ketika wabah flu Spanyol melanda dunia, rumah sakit kota Moncton, Kanada, tidak dapat lagi menerima pasien karena banyaknya orang yang dirawat di sana. Melihat situasi itu, dengan sukarela pendeta dan jemaat Moncton’s First Baptist Church membuka gedung ibadahnya menjadi tempat mengobati pasien yang tidak dapat dirawat di rumah sakit. Berhubung ibadah di gereja juga tidak dapat dilakukan untuk sementara waktu, mereka pun mengubah gedung ibadah menjadi bangsal rumah sakit darurat. Pengorbanan ini berbuah manis. Dari semua pasien yang dirawat di sana, mereka hanya kehilangan nyawa dua orang, sedangkan yang lainnya pulih.

Apa yang dilakukan oleh pendeta dan jemaat Moncton’s First Baptist Church tadi tentu tidak sepenuhnya memenuhi aturan yang berlaku umum. Gedung gereja yang biasanya difungsikan hanya untuk beribadah, saat itu digunakan oleh pasien untuk makan, minum, dan beristirahat. Ketika murid-murid memetik gandum pada hari Sabat, Yesus dianggap melanggar hukum Taurat oleh orang Farisi. Namun, Yesus tidak mengindahkannya sebab Yesus tahu untuk apa aturan mengenai hari Sabat dibuat. Tentu ada banyak juga keluarga yang bersedia menyambut Yesus dan muridmurid-Nya untuk makan Sabat, tetapi mereka memilih untuk makan apa yang ada agar mereka dapat meneruskan perjalanan untuk mengajar dan menyembuhkan banyak orang.

Youth, kita telah banyak belajar untuk taat. Kali ini kita diajar untuk tidak asal taat, tetapi menghidupi jiwa dari aturan. Aturan yang baik dibuat untuk kesejahteraan dan penerapannya haruslah untuk kesejahteraan juga.

1. Apa saja contoh sejarah yang digunakan Yesus untuk menguatkan argumen-Nya tentang aturan Sabat?
2. Aturan apa yang menurut Anda selama ini disalahpahami sehingga tidak membawa sejahtera?

Pokok Doa: Keterbukaan untuk belajar tidak asal taat.