Yeremia 25:1-7

“… jadi sudah dua puluh tiga tahun lamanya, firman TUHAN datang kepadaku dan terusmenerus aku mengucapkannya kepadamu, tetapi kamu tidak mau mendengarkannya.”
(Yer. 25:3)

Ibu Rico tergesa-gesa berangkat ke Yogyakarta naik kereta paling pagi hari itu setelah mendapat kabar Rico dirawat di rumah sakit karena demam berdarah. Sang ibu harus meninggalkan pekerjaan dan anak-anaknya yang lain demi merawat Rico. Sesampainya di rumah sakit, sang ibu yang hanya tidur sebentar di kereta langsung harus merawat Rico dengan sisa tenaganya. Sambil merawat Rico, sang ibu pun mengomeli Rico, “Ini semua terjadi karena kamu susah dibilangin!” Selama merantau di Yogyakarta, Rico memang sering mengabaikan pesan ibunya untuk membersihkan kamar dan makan teratur. Ia malah menggunakan waktu luangnya untuk nongkrong dan menggunakan uang untuk kesenangannya daripada membeli makanan sehat. Ia merasa segala sesuatu toh “aman-aman saja”. Ketika tugas kuliahnya makin banyak, ia sulit beristirahat sehingga daya tahan tubuhnya menurun. Ia pun terserang demam berdarah.

Apa yang dialami Rico merupakan contoh kecil tentang bagaimana kebebalan membawa seseorang pada situasi buruk. Sikap serupa ditunjukkan oleh bangsa Yehuda pada zaman Nabi Yeremia. Bedanya, mereka menjadi bebal selama 23 tahun. Selama itulah mereka tidak mau mendengar dan selama itu pula Allah telah bersabar. Pada akhirnya, ada konsekuensi yang harus mereka terima karena kebebalan mereka.

Youth, ketika orang yang mengasihi kita mengingatkan kita tentang apa yang baik, kita perlu mendengarkan sebab mereka melakukannya untuk kebaikan kita. Apabila kita menjadi bebal dan tidak mau mendengarkan, kita sendirilah yang akan menanggung akibatnya.

1. Apa saja yang telah dilakukan Allah agar bangsa Yehuda bertobat?
2. Apa yang perlu kita lakukan agar tidak menjadi orang yang susah dibilangin?

Pokok Doa: Kelembutan hati dan kesediaan untuk mendengarkan.