Pengkhotbah 3:1-8

Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya.

(Pkh. 3:1)

 

 

Pertanyaan “kapan menikah?” sepertinya tak pernah absen dilontarkan dalam acara keluarga. Setiap temu keluarga, seperti arisan, ulang tahun, Natal, dan Tahun Baru rasanya hampir setiap kawula muda pernah berserobok dengan pertanyaan ini. Sebagian orang bisa dengan santai menanggapinya, tetapi tak sedikit yang menjadi galau, minder, bahkan putus asa menyikapinya. Ada rasa khawatir saat mencapai usia tertentu dan belum memiliki pasangan.

 

 

Pengkhotbah menuliskan, “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya” (Pkh. 3:1). Pengkhotbah menggunakan gaya bahasa yang memakai kata-kata berlawanan untuk menunjukkan segala sesuatu yang tercakup di dalamnya untuk menekankan bahwa ada waktu untuk mengalami hal-hal yang baik dan menyenangkan, demikian juga peristiwa yang buruk dan menyedihkan (Pkh. 3:2-8). Pengkhotbah sadar bahwa ia tidak dapat mengatur segalanya sebab semua sudah digoreskan oleh Allah seturut dengan kehendak dan waktu-Nya. Manusia perlu menyesuaikan diri dengan apa yang sudah Allah lukiskan.

 

Youth, setiap orang merindukan hal-hal baik terjadi di dalam hidupnya. Namun, toh kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada masa depan. Pengkhotbah telah memberitahukan bahwa Tuhan akan membuat segalanya indah pada waktu-Nya. Karena itu, kita harus beriman bahwa Allah menghadirkan rancangan damai sejahtera seturut dengan waktu-Nya. Waktu Tuhan pasti yang terbaik. Ia punya rencana bagi kita. Bersabarlah dan teruslah menanti waktu-Nya bagi kita.

 

1. Mengapa Pengkhotbah memiliki keyakinan bahwa segala sesuatu ada waktunya?

2. Kesulitan apa yang muncul saat menanti waktu Tuhan? 

 

 

Pokok Doa:

Kesabaran menanti waktu dari Tuhan.