Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya … ia akan berbahagia oleh perbuatannya.

(Yak. 1:25)

Royadin, polisi kelahiran tahun 1960 asal Pekalongan, Jawa Tengah, menghentikan mobil sedan hitam yang melanggar rambu lalu lintas. Saat kaca dibuka, Royadin terkejut karena pengemudinya adalah Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Namun, sebagai polisi, Royadin patuh hukum. Ia tetap menulis surat tilang untuk Sri Sultan. Ia merasa cemas karena Sultan hanya diam saat ditilang. Esok hari, sebuah surat tiba dari keraton. Royadin sudah pasrah jika pun dipecat. Ternyata, lewat surat itu, Sultan meminta Royadin beserta keluarga pindah ke Yogyakarta. Sultan terkesan dengan kepatuhannya. Namun, Royadin memilih tetap berada di tanah kelahirannya. Sultan pun menghormati pilihan tersebut.

Sahabat Lansia, hukum tidak pertama-tama berbicara soal hukuman. Hukum adalah soal tata cara hidup menurut aturan yang benar dan demi kebaikan bersama. Dengan begitu, orang yang tahu hukum dan patuh hukum pasti ada di jalan yang benar. Apalagi, jika hukum itu dilandaskan pada kebenaran di dalam Kristus. Hidup kita pasti merdeka dari segala bentuk kejahatan. Kita pasti akan berbahagia karena segala yang kita perbuat berlandaskan kebenaran dan kebaikan ilahi. Sahabat Lansia, patuhilah hukum yang benar dan hiduplah dengan bahagia.

DOA:

Tuhan, berikanlah kami hati yang taat dan patuh kepada hukum-hukum-Mu karena di sanalah terletak kebahagiaan yang sesungguhnya. Amin.