Efesus 2:14-18

Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan ….

(Efesus 2:14)

Dalam Alkitab dicatat bahwa perselisihan antarsaudara pertama kali adalah antara Kain dan Habel. Penyebabnya adalah Kain iri melihat Tuhan menerima persembahan Habel, adiknya. Tuhan tidak menerima persembahan Kain karena pada waktu itu ia tidak mempersembahkan yang terbaik. Namun, yang terjadi adalah Kain membunuh Habel. Inilah kisah tragis yang dicatat dalam Alkitab sebagai pembelajaran dan peringatan untuk kita semua: jangan membunuh. Janganlah seperti Kain terhadap Habel. Kamu pasti pernah bertengkar dengan kakak atau adik, tetapi janganlah berlarut-larut, apalagi berujung pada tindakan kriminal. Bagaimanapun, kakak atau adik adalah pemberian Tuhan. Kita tidak bisa memilih mau punya kakak atau adik yang seperti apa. Yang bisa dilakukan adalah menjaga supaya hubungan saudara itu tetap baik.

Rasul Paulus menyinggung tentang perseteruan (yang artinya kurang lebih sama dengan pertengkaran). Ia mengingatkan bahwa di dalam Kristus tidak ada lagi pertengkaran karena semuanya sudah ditebus dari dosa melalui pengurbanan-Nya dikayu salib. Selain itu, Tuhan Yesus pun mengatakan, “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi” (Yoh. 13:34). Jadi, kalau kepada orang lain kita diminta untuk mengasihi, apalagi kepada saudara sendiri. Iya, kan?

Teens, saudara adalah orang yang Tuhan tempatkan sebagai penolong dan sahabat, bukan lawan bertengkar, apalagi musuh. Saudara terikat dengan pertalian darah yang tidak mungkin hilang dengan apa pun. Tidak ada “mantan kakak” atau “mantan adik”. Karena itu, sudah seharusnya kita juga mengasihi saudara dan menjaga relasi itu dengan sebaik-baiknya. Kisah Kain dan Habel ini jadi pembelajaran supaya kita tetap mengasihi saudara. Di dalam Tuhan Yesus, semua orang menjadi saudara, terlebih lagi saudara kandung. Kasihilah mereka karena itulah yang disukai Tuhan.