Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.

(2Kor. 4:7)

Sobat Lansia yang dikasihi Kristus, apakah resiliensi? Resiliensi adalah sebuah kekuatan untuk bangun kembali setelah mengalami kejatuhan. Elisabeth Edward menyatakan, “Resiliensi adalah menerima realitas yang baru walau itu tidak sebaik yang dimiliki sebelumnya.” Kita bisa menjerit atas kehilangan atau berontak terhadapnya, atau kita bisa memilih menerimanya dan mencoba untuk memilah apa yang baik yang ada di dalamnya.

Resiliensi adalah sebuah keberanian untuk menerima kenyataan yang ada pada kita sekarang dan menyikapinya dengan menemukan bagian yang baik di dalamnya. Paulus menyadari bahwa kita ini memiliki kerapuhan sebagai manusia. Saat perubahan terjadi dalam hidup kita, sering kali kita mengalami
keretakan diri. Kita bisa meronta dan hancur atau kita dengan ulet berjuang untuk menjalani kenyataan hidup yang sedang kita jalani. Meronta dan berontak akan membuat kita sungguh seperti bejana yang rapuh. Selalu mengeluh, merasa tersia-sia dan kehilangan tujuan hidup. Kita menjadi pemimpi yang selalu
melihat ke belakang. Hari ini kita dipanggil untuk menyaksikan bahwa kita sanggup menerima dan menjalani apa yang menjadi kenyataan masa kini dengan baik di tengah segala perubahan yang kita alami.

DOA:

Tuhan, sertailah kami dalam menjalani setiap perubahan hidup kami. Sebab, kami mengimani bahwa bersama dengan kasih-Mu yang berlimpah kami tetap luar biasa. Amin.