MELAWAN RASA PUTUS ASA (1)
Kemudian ia ingin mati, katanya: “Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku.”
(1Raj. 19:4)
Pada masa pandemi yang berkepanjangan ini, ada beberapa orang yang saya kenal memutuskan untuk mengakhiri kehidupannya alias bunuh diri. Apa yang menyebabkan mereka mengambil langkah nekat ini? Salah satu faktor penyebabnya adalah rasa putus asa. Rasa putus asa berawal dari ketiadaan harapan dan semangat untuk menjalani hidup. Harapan hilang dan semangat terbang lenyap barangkali karena ada peristiwa yang mengecewakan sehingga tak mampu lagi menapaki masa depan.
Sahabat Lansia, tidak ada seorang pun yang kebal dari rasa putus asa, bahkan seorang nabi seperti Elia sekalipun. Meskipun ia telah mengalahkan ratusan nabi Baal dan melihat mukjizat yang menyatakan kuasa Tuhan, bukan berarti Elia lepas dari rasa putus asa. Ia tidak merasa dirinya lebih baik dari nenek moyangnya. Elia merasa pelayanannya tidak membawa dampak apa-apa. Inilah rasa putus asa yang menggelapkan mata. Namun, Tuhan mencoba membuka mata Elia untuk melihat bahwa ada tujuh ribu orang yang tetap setiap pada Tuhan melalui pelayanannya. Di dalam rasa putus asa yang tiba-tiba menyergap, marilah kita datang kepada Kristus. Biarlah Kristus yang membuka mata kita untuk melihat betapa berharganya kehidupan kita di mata orang lain dan di mata-Nya.
DOA:
Tuhan, di dalam rasa putus asa yang mendera, ajarlah kami mendekat kepada-Mu. Amin.
Pengganti ongkos cetak dan biaya pengiriman:
Rp. 70.000,-/tahun
Rp. 8.000,-/eksemplar
Pembayaran melalui:
Bank Mandiri - Jakarta, Kelapa Dua
A/C No. 165 0000 558743
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Marketing
BCA Bidakara
A/C No. 450 558 9999
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Persembahan Kasih melalui:
BCA Bidakara
A/C No. 450 305 2990
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama