TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.

(Mzm. 23:1)

“Ah, cuman teori,” begitu bisik seorang oma kepada saya di tengah seminar parenting yang sedang berlangsung. “Pembicaranya sendiri belum menikah, belum punya anak, gak tahu susahnya mendidik anak. Cuman tahu teori,” bisiknya lebih lanjut. Tentu kita bisa saja tidak setuju dengan perkataan si oma. Namun, kita dapat memahami maksud dari ungkapannya. Ada perbedaan mendasar antara tahu dan mengalami.

Sahabat Lansia, bayangan Daud seperti apa yang muncul di benak kita ketika membaca mazmur yang sangat populer ini? Mungkin sebagian besar bayangan yang muncul di benak adalah Daud yang masih muda, bertugas menggembalakan kambing domba ayahnya. Hal ini tidak salah, tetapi bukan satu-satunya cara memahami bagian ini. Sebagian penafsir Alkitab meyakini bahwa mazmur ini ditulis oleh Daud yang sudah tua, berpengalaman dengan kehidupan. Bedanya apa? Daud menulis mazmur ini bukan dari harapan, tetapi pengalamannya. Daud sudah mengalami banyak hal di dalam hidupnya, sehingga peranan Tuhan sebagai gembala sudah terbukti dalam kehidupannya. Mari kita tengok ulang pengalaman hidup kita. Apakah kita mengalami kehadiran-Nya sebagai gembala kehidupan kita?

DOA:

Tuhan, gembala kehidupan. Terima kasih untuk penyertaan-Mu dalam hidup kami. Amin.