Mazmur 118:1-2, 14-24

Inilah hari yang dijadikan TUHAN, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya!

(Mzm. 118:24)

 

 

Masih ingat dengan satu lagu Sekolah Minggu yang berjudul “Hari Ini Harinya Tuhan”? Nada dari lagu ini riang. Namun, saya tidak selalu menyanyikan lagu ini dengan riang gembira. Adakalanya saya menyanyikan lagu ini dengan wajah sedih karena hari yang saya jalani tidak selalu riang gembira. Pertanyaannya kemudian adalah apakah harus selalu ada peristiwa riang gembira agar saya dapat
bersukacita?

 

Pemazmur menuliskan, “Inilah hari yang dijadikan TUHAN, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya!” (Mzm. 118:24). Dalam realitas sehari-hari, kita mendapati bahwa hari yang kita jalani tidak selalu merupakan hari yang gembira. Hari-hari yang kita jalani bisa saja berat. Ada begitu banyak pekerjaan yang harus diselesaikan dan target yang mesti dicapai sehingga hari-hari seperti berlalu begitu saja. Walau hari-hari yang kita jalani tidak selalu ringan dan riang gembira, setiap hari adalah karunia Allah. Pemazmur mengajak kita bersyukur karena setiap hari adalah pemberian Allah. Kita bergantung kepada Allah setiap hari. Karena itu, dalam Mazmur 118:1 dituliskan, “Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.”

 

Youth, kita mungkin berhadapan dengan pandangan yang menganggap bahwa setiap hari baru bernilai ketika kita bisa mencapai sesuatu yang dianggap bernilai oleh dunia. Pemazmur mengajak kita bersyukur karena Allah setia kepada kita. Kita bergantung kepada Allah yang menganugerahkan napas hidup setiap hari. Pujilah kebesaran-Nya.

 

1. Mengapa pemazmur mengajak umat bersukacita dan bersyukur?

2. Apa yang sesungguhnya menjadi dasar utama kita bersyukur?

 

 

Pokok Doa:

Menyadari kebesaran Allah dan kesetiaan-Nya kepada manusia.