MENGHINA BERKAT TUHAN
“Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak.”
(Bil. 21:5)
Ada sepasang suami istri yang berdoa lebih dari sepuluh tahun meminta seorang anak. Tuhan mengabulkan doa mereka dengan memberikan sepasang anak kembar sekaligus. Mereka mengucapkan syukur, tetapi kemudian syukur berganti menjadi keluhan. Mengapa Tuhan membebani hidup mereka dengan dua anak kembar? Mengherankan, bukan? Sayangnya hal seperti ini sering terjadi. Berkat Tuhan disyukuri, tetapi kemudian dicaci.
Sahabat Lansia, dalam perjalanan menuju tanah terjanji, Tuhan memelihara orang Israel dengan memberikan manna. Yaitu, makanan yang merupakan berkat Tuhan yang menopang kehidupan, karena tidak mungkin mereka bercocok tanam dalam perjalanan mereka. Namun, ketika nafsu rakus menguasai diri, mereka menghina manna itu. Mereka bahkan mengatakan telah muak dengan makanan hambar itu. Sungguh sebuah sikap yang kekanak-kanakan. Mari kita ingat berkat-berkat Tuhan yang telah menopang perjalanan hidup kita sejauh ini. Kita hargai dan syukuri, bukan menghinanya. Anggota keluarga, tempat tinggal, dan makanan adalah salah satu tanda berkat Tuhan bagi kita. Syukuri dan nikmati apa yang ada, walau tak selalu seperti harapan kita.
DOA:
Tuhan, ajarlah kami untuk selalu bersyukur atas berkat-berkat-Mu. Amin.
Pengganti ongkos cetak dan biaya pengiriman:
Rp. 70.000,-/tahun
Rp. 8.000,-/eksemplar
Pembayaran melalui:
Bank Mandiri - Jakarta, Kelapa Dua
A/C No. 165 0000 558743
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Marketing
BCA Bidakara
A/C No. 450 558 9999
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Persembahan Kasih melalui:
BCA Bidakara
A/C No. 450 305 2990
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama