Yesaya 6:1-4

“Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!”

(Yes. 6:3)

 

 

Saya kerap kali merasa takjub ketika melakukan perjalanan ke tempat-tempat di Indonesia dan luar Indonesia. Takjub pada alamnya yang sangat indah dan masyarakatnya. Saya kerap mengalami rasa takjub pada kebesaran Tuhan yang Mahakuasa sekaligus merasa diri begitu kecil dan sangat rapuh. Rudolf Otto berkata, “Mysterium Tremendum Et Fascinosum.” Artinya, terarah pada Allah Sang Misteri yang menggentarkan sekaligus memesona.

 

Perasaan kagum, takjub, dan takut juga dirasakan dan dialami oleh Nabi Yesaya ketika menerima panggilan Allah. Nabi Yesaya melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi (Yes. 6:1) dan menyaksikan para Serafim berdiri di sebelah atas-Nya. Masing-masing dari mereka mempunyai enam sayap. Mereka berseru seorang kepada seorang, “Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!” (Yes. 6:3). Para Serafim memuji kekudusan dan kemuliaan Tuhan. Kekudusan dan kemuliaan Tuhan meliputi seluruh bumi. Seruan para Serafim membuat alas ambang pintu bergoyang dan rumah itu penuh dengan asap. Nabi Yesaya begitu sangat takjub dan takut ketika menyaksikan peristiwa yang sangat menggentarkan dan memesona. Nabi Yesaya merasa bahwa dirinya binasa sebab ia menyadari keterbatasan dan dosa dirinya. Ia berkata, “Celakalah aku! Aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir” (Yes. 6:5).

 

Youth, mari kita memeriksa diri. Apakah di zaman yang serbacepat ini kita masih merasakan dan mengalami rasa takjub kepada Allah yang Mahabesar dan Kudus sekaligus menyadari betapa ringkih dan rapuhnya kita di hadapan Allah?

 

1. Bagaimana Nabi Yesaya merespons panggilan Allah?

2. Bagaimana kaum muda mengalami rasa takjub kepada Allah sekaligus melihat diri yang rapuh?

 

 

Pokok Doa:

Menyadari Allah yang Mahabesar dan menyadari diri yang rapuh.