Markus 12:28-31

“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan … Kasihilah sesamamu manusia ….”
(Markus 12:30-31)

Kita sudah belajar bahwa ada banyak karunia dan peran dalam pelayanan di gereja dan masyarakat. Namun, bukan hanya karunia dan peran saja yang beragam, spiritualitas pun beragam. Mungkin kamu merasa bahwa ibadah di gereja dengan tata liturgi yang teratur itu membosankan, dan kamu lebih senang beribadah di luar ruangan atau di alam terbuka. Namun, temanmu sangat suka beribadah dengan menggunakan berbagai simbol di dalam gereja. Ada juga temanmu yang senang beribadah dengan nyanyian-nyanyian yang penuh semangat dan mengentak. Ternyata, gaya spiritualitas itu beragam. Dulu orang memahami bahwa spiritualitas itu hanya satu, dan makin hari mengalami peningkatan seperti tangga. Namun, sekarang kita memahami bahwa tipe dan gaya spiritualitas itu beragam, tidak hanya satu, seperti taman yang berisi berbagai bunga.

Yesus mengajarkan bahwa hukum yang utama adalah mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi, dan segenap kekuatan (ay. 30), serta mengasihi sesama manusia (ay. 31). Mengasihi bukan dengan hati saja, atau jiwa saja, atau akal budi saja, melainkan secara utuh, menyeluruh. Dengan mengasihi sesama, kita juga mengasihi Allah. Artinya, mengasihi Allah itu bisa dilakukan dengan berbagai macam cara, bukan hanya dengan satu cara. Cara kita untuk menyatakan kasih kepada Allah inilah yang disebut dengan spiritualitas, dan cara atau tipe sepiritualitas itu beragam.

Teens, Gary Thomas, seorang pendeta dan penulis Kristen Amerika Serikat, dalam bukunya, “Sacred Pathways: Discover Your Soul’s Path to God”, mengatakan bahwa ada sembilan tipe spiritualitas. Tipe-tipe ini sering kali tidak begitu dikenali atau tidak diakui satu sama lain. Namun, setiap orang memiliki cara yang berbeda di dalam menjalin relasi dengan Tuhan. Karena itu, kita tidak perlu merasa risi jika ada orang lain yang gaya ibadahnya berbeda dengan kita. Justru keberagaman gaya spiritualitas inilah yang membuat persekutuan gereja menjadi indah.