Markus 1:1-8

Yohanes memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit, dan makanannya belalang dan madu hutan.
(Markus 1:6)

Pernahkan kamu berpuasa makan dan minum atau berpantang makan makanan tertentu, misalnya daging? Ya, dalam Kekristenan, kita juga mengenal praktik puasa. Biasanya, orang-orang Kristen menjalani puasa dan pantang pada masa Prapaskah, selama empat puluh hari, di luar hari Minggu. Puasa dan pantang adalah cara untuk mendekatkan diri kepada Allah dan bergantung sepenuhnya kepada-Nya, dengan menahan hawa nafsu dan menghayati kesederhanaan. Para biarawan dan dan biarawati adalah orang-orang yang membaktikan diri untuk hidup dalam kesederhanaan dalam menghayati kehadiran Tuhan dan mengalami kasih-Nya. Puasa dan pantang adalah praktik yang mereka jalani sehari-hari.

Tipe spiritualitas ala biara yang menekankan kesederhanaan dan menahan hawa nafsu ini disebut tipe spiritualitas askese. Yohanes Pembaptis adalah contoh seorang asketis dalam Alkitab. Ia hidup di padang gurun (ay. 4), memakai pakaian sederhana, yakni bulu unta, dan memakan makanan yang sederhana, yakni belalang dan madu hutan (ay. 6). Makanan dan pakaian ia peroleh di hutan dan di padang gurun, tempat ia berkarya. Yohanes Pembaptis hidup jauh dari keramaian dan keriuhan kota, dan memilih untuk memasuki padang gurun sebagai bentuk baktinya bagi Allah. Dalam kesederhanaannya itu, ia menyerukan agar bangsa Israel bertobat dan berbalik kepada Allah (ay. 4).

Teens, sebagaimana Yohanes Pembaptis, para biarawan pun berkarya ke luar biara mereka. Mereka memang hidup jauh dari keramaian dunia, tetapi mereka tidak menjauhi dunia. Dalam kesederhanaan hidup, mereka juga melayani banyak orang, memberitakan pertobatan dan pengampunan. Mereka memang menjauhi kenikmatan dunia dengan berpuasa dan berpantang, tetapi tidak mengutuk dunia. Mereka justru berkarya untuk dunia yang lebih baik. Mari meneladani mereka.