Kejadian 2:18-24

“Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.”
(Kejadian 2:18)

“Perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki; Bukan dari tulang kepala untuk menguasai laki-laki, bukan juga dari tulang kaki untuk diinjak-injak oleh laki-laki, melainkan dari tulang rusuk di sisi tubuh laki-laki supaya menjadi setara, dekat dengan lengan untuk dilindungi, dan dekat dengan hati untuk dicintai.” Kutipan itu diungkapkan oleh Matthew Henry, seorang pendeta Gereja Presbiterian di Inggris yang hidup sekitar abad ke-17. Kata-kata itu menunjukkan bahwa perempuan punya kedudukan yang setara dengan laki-laki.

Sebelum Allah menciptakan Hawa dari tulang rusuk Adam (ay. 21-22), Allah memang bermaksud untuk menciptakan seorang penolong yang sepadan bagi laki-laki itu (ay. 18). Penolong yang sepadan di sini tidak bisa dianggap seperti pembantu atau hamba yang lebih rendah. Kata “penolong” sendiri diterjemahkan dari kata ezer dalam bahasa Ibrani, yang biasanya selalu dilekatkan pada Allah. Misalnya, Allah batu pertolongan (eben haezer). Jika demikian, penolong laki-laki tidak bisa ditempatkan lebih rendah daripada laki-laki. Bahkan, biasanya penolong itu lebih kuat daripada yang ditolong. Karena itu, Tuhan menciptakan penolong yang sepadan. Sepadan artinya punya nilai yang sama, sebanding, seimbang, dan setara. Jadi, pada dasarnya perempuan dan laki-laki diciptakan Allah dengan setara. Tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah.

Teens, perbedaan jenis kelamin atau gender juga merupakan perbedaan yang ada dan terlihat jelas dalam masyarakat kita. Namun, dalam masyarakat patriarki, yang mengutamakan laki-laki daripada perempuan, orang-orang merendahkan perempuan dan menjunjung tinggi laki-laki. Kita belajar dari penciptaan manusia bahwa Allah menciptakan laki-laki dan perempuan sebagai manusia yang setara dan sepadan Karena itu, sebagai sesama ciptaaan Allah, perlakukanlah laki-laki dan perempuan dengan setara, dengan hak dan kesempatan yang sama.