Matius 13:1-9; 18-23

Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.”
(Mat. 13:23)

Saat masih duduk di bangku SMP, saya diberi tugas oleh guru untuk menanam benih jagung dan melaporkan pertumbuhan benih jagung itu setiap harinya. Awalnya, saya sangat senang karena benih jagung itu tumbuh dengan cepat. Namun, alangkah kecewanya saya ketika beberapa hari kemudian tunas jagung yang baru bertumbuh itu menjadi layu. Kesalahan saya ialah tidak menyediakan media tanam yang baik. Ketika saya mengganti media tanamnya maka benih jagung itu pun berkembang dengan pesat.

Cerita di atas bisa membantu kita memahami situasi di saat sesuatu hal tidak berjalan dengan baik saat kita marah dengan apa yang terjadi dalam hidup kita. Mungkin kita marah karena keadaan keluarga, situasi ekonomi, kesempatan untuk bersekolah, pekerjaan, percintaan dan lain-lain. Tuhan mengingatkan bahwa yang terpenting dari suatu masalah bukanlah tentang apa yang terjadi di dalam hidup kita melainkan bagaimana kita sebagai umat Tuhan merespons masalah tersebut.

Jika kita seperti tanah di pinggir jalan, tanah yang berbatu atau semak duri, benih apa pun yang ditaburkan kepada kita tidak akan bertumbuh dengan baik. Kondisi-kondisi tanah tersebut melambangkan berbagai sifat buruk manusia seperti kemarahan, kekecewaan dan iri hati. Namun, ketika kita membuka hati, mau menerima dan belajar dari berbagai hal yang terjadi maka kita akan menjadi tanah yang subur. Apa pun masalah yang menimpa, kita akan tetap kuat di dalam Tuhan sehingga dalam situasi apa pun kita akan mampu menjadi berkat bagi banyak orang.

1. Jenis tanah apa saja yang dipakai Yesus dalam perumpamaannya tentang penabur?
2. Apa yang bisa kita lakukan agar bisa menjadi tanah yang subur?

Pokok Doa: Kesabaran dan mau belajar dari permasalahan.