Kisah Para Rasul 16:1-3

Timotius ini dikenal baik oleh saudara-saudara di Listra dan di Ikonium, dan Paulus mau, supaya dia menyertainya dalam perjalanan.
(Kisah Para Rasul 16:2-3)

Seorang filsuf bernama Aristoteles pernah mengatakan: “Educating the mind without educating the heart is no education at all”, yang berarti mendidik pikiran tanpa mendidik hati bukanlah pendidikan sama sekali. Setujukah kamu dengan Aristoteles tentang hal ini? Kalimat ini menyadarkan kita mengapa banyak orang pandai yang menggunakan kepandaiannya untuk berbuat kejahatan. Ternyata benar, pendidikan bukan hanya untuk mengisi pikiran, melainkan juga harus mengisi hati agar buahnya dapat bermanfaat bagi kebaikan banyak orang.

Hari ini kita membaca tentang Timotius yang diajak ikut melayani oleh Paulus. Timotius adalah seorang yang masih muda. Ia dikenal baik oleh umat Tuhan di Listra dan Ikonium. Ia mengenal firman Tuhan sejak masih kecil dari ajaran ibu dan neneknya sebab ayahnya bukan orang Yahudi dan belum mengenal Tuhan. Paulus mengenal Timotius dengan baik, bahkan seperti ayah rohani bagi Timotius. Paulus mengajak Timotius untuk ikut dalam perjalanan pekabaran Injil sebagai teman sekerja untuk membantu pelayanannya. Timotius yang masih muda itu bersedia pergi bersama Paulus. Dari situlah ia belajar melayani dengan giat. Jika sebelumnya Timotius telah mengenal firman Tuhan dalam pikirannya, perjalanannya dengan Paulus ini menuntunnya untuk memiliki hati yang benar dalam melayani. Pikirannya diisi firman dan hatinya dibentuk dalam pelayanan.

Teens, apakah kamu sudah terlibat dalam pelayanan di gereja? Jika belum, mari berikan diri untuk terlibat melayani sesuai talentamu. Mari belajar melayani meskipun kita merasa belum sehebat yang lain. Melalui firman yang kita baca dan dengarkan, pikiran kita dididik untuk mengetahui bagaimana pelayanan yang berkenan kepada Tuhan, yaitu yang dilakukan dengan segenap hati. Namun, dengan masuk dalam ladang pelayanan, hati kita makin dididik dan dibentuk untuk melakukan firman itu.