Kisah Para Rasul 18:18-23

Ia minta diri dan berkata: “Aku akan kembali kepada kamu, jika Allah menghendakinya.” Lalu bertolaklah ia dari Efesus.
(Kisah Para Rasul 18:21)

Apakah kamu sering merasa galau saat harus memutuskan sesuatu? Saat pemikiran temanmu atau orangtuamu berbeda dengan pemikiranmu, apakah mudah bagimu untuk menentukan sikap? Banyak orang justru mudah menjadi galau dalam suasana seperti itu. Lalu, bagaimana harus memilih jika ada beberapa pilihan?

Paulus pernah menghadapi situasi serupa saat berada di Efesus. Kehadirannya disambut baik oleh orang-orang Yahudi di Efesus. Mereka bahkan ingin agar Paulus tinggal lebih lama di kota itu. Namun, Paulus menolak permintaan mereka. Ia segera berangkat ke Kaisarea, lalu ke Antiokhia. Sebenarnya, tinggal lebih lama di Efesus bukan sesuatu yang salah. Namun, Paulus mengerti apa yang menjadi misi utamanya. Ia mau mengabarkan Injil ke kota-kota lain juga sehingga ia memakai waktu yang ada untuk pergi ke kota-kota itu. Hal pertama yang menarik di sini adalah bagaimana Paulus menentukan pilihannya. Ia memutuskan untuk pergi, tetapi akan kembali jika Allah menghendakinya (ay. 21). Permintaan orang-orang Yahudi di Efesus agar ia tinggal lebih lama tak membuatnya galau untuk menentukan langkah. Dengan mantap Paulus melanjutkan perjalanan ke Antiokhia karena ia percaya Tuhan memimpinnya. Kedua, Paulus menyampaikan penolakan terhadap permintaan mereka itu dengan sopan, tanpa menyakiti hati mereka. Ia pun berpamitan saat hendak pergi, bukan meninggalkan mereka secara diam-diam.

Teens, kita pun sering berhadapan dengan pilihan-pilihan. Bagaimana memilih satu di antaranya? Dalam relasi yang akrab dengan Tuhan, seperti Paulus, mari kita belajar makin peka mengenali cara Tuhan memimpin kita menentukan pilihan yang tepat. Pertama, hati kita akan tenang saat memutuskan sesuatu yang berkenan di hadapan Tuhan. Kedua, jika kita memilih sesuatu yang berbeda dari pendapat orang lain, sampaikanlah secara terbuka tanpa menyakiti perasaannya. Dalam setiap keputusan kiranya kita merasakan damai Tuhan sehingga kita tak lagi tenggelam dalam rasa galau.