Kisah Para Rasul 7:44-53

“Hai orang-orang yang keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan telinga ….”
(Kis. 7: 51a)

Bagaimana perasaanmu jika harus berada dalam satu tim dengan orang yang keras kepala? Tentu menyebalkan. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan keras kepala sebagai berpendirian teguh, menganggap pilihannya sebagai yang paling tepat dan tidak menerima pendapat orang lain. Dari pengertian itu, keras kepala tidak selalu berarti negatif karena berpendirian teguh itu penting. Namun, keras kepala menjadi bermakna negatif karena pendirian yang teguh itu acapkali hanya didasarkan pada kebenaran tunggal, yaitu hanya benar menurut dirinya sendiri dan tidak mau menerima pendapat orang lain, padahal diri sendiri belum tentu benar.

Stefanus berhadapan dengan orang-orang Yahudi yang keras kepala. Sebagai pelayan Kristus yang penuh karunia dan kuasa, Stefanus mengadakan banyak mukjizat dan tanda-tanda di tengah orang banyak. Namun, ia dituduh oleh beberapa orang Yahudi sebagai seseorang yang menghujat Musa dan Allah. Itulah alasan Stefanus mengucapkan pembelaannya ketika diperhadapkan kepada Mahkamah Agama. Stefanus menyebut orang-orang itu sebagai orang-orang yang keras kepala, yang tidak belajar dari pengalaman.

Youth, dalam hidup yang kita jalani kita sering berhadapan dengan orang-orang yang keras kepala, yang terkadang menguras emosi kita. Maka bertindaklah bijak sehingga kita tidak terjebak dalam perdebatan yang tidak menghasilkan kebaikan. Belajarlah untuk menerima pendapat orang lain dan jangan menjadi keras kepala karena tidak selamanya kita memahami segala sesuatu.

1. Mengapa orang Yahudi disebut keras kepala oleh Stefanus?
2. Bagaimana cara menyikapi orang keras kepala?

Pokok Doa: Hikmat untuk menjadi bijak.